Halaman

Sabtu, 12 Juni 2010

selamat tinggal kejujuran, silahkan datang bencana

goro-goro, suatu jaman atau keadaan lingkungan dimana akan terjadi banyak kekacauan dikarenakan banyaknya manusia yang tidak menggunakan hati nurani dalam dirinya. bahkan membedakan antara mana nafsu, keinginan dan kata hati tidak bisa dibedakan.

keadaan ini sudah di terka(jongko) oleh prabu Jayabaya dan Ronggowarsito dimana keadaan yang mana serba buruk, banyak orang jujur harus mundur karena tekanan-tekanan yang ada. semakin jarang manusia yang memiliki akal sehat dan hidup sederhana, dikarenakan banyaknya cara untuk mendapatkan kepuasaan semata.


semakin sedikit orang yang berpuasa dan melakukan ibadah spiritual,  disetiap agama dan lebih mementingkan nafsu semata. memang jaman sekarang mudah menjerumusakan mendapatkan hal hal instan. apabila dulu orang ingin kaya dengan benar-benar kerja, sekarang cukuplah dengan korupsi. dulu seseorang meningkatkan kualitas diri dalam mencari pasangan hidup, sekarang cukuplah dengan dugem maka akan banyak pasangan yang ditemukan.

jika dilihat dari kondisi ini, bahkan dengan santernya ramalan-ramalan Jayabaya dan Ronggowarsito, maka orang banyak hanya menunggu kedatangan Sang Juru Selamat, yaitu Ratu Adil yang sedang dipingit. menunggu jaman keemasan yang datang tiba-tiba karena satu orang. bukan mengecilkan peran Ratu Adil tersebut namun, bila hanya satu orang tanpa adanya penyadaran dari orang-orang tersebut maka jaman keemasan akan sangat sulit di tingkatkan.

pertanyaan besar adalah kenapa kondisi seperti ini terjadi? hal ini terjadi karena tidak  berjalannya agama, ilmu dan pemerintahan yang sebagaimana mestinya karena banyaknya hal yang keluar jalur. agama yang ada bukan sebagai agama (a=tidak, gama=kacau), namun lebih sebagai kepentingan dan politik, bahkan lebih parah adalah alat perang. dari segi ilmu, disaat ini ilmu yang ditimba bukan untuk meningkatkan tapi memperkaya. sebagai contoh serang ahli ekonomi akan berpikir bagaimana memperkaya hidupnya bukan bagaimana meningkatkan taraf hidupnya. dan yang terakhir adalah pemerintahan yang tidak berjalan sesuai, hukum yang dibuat adalah bersifat subjektif bukan objektif. hukum yang berlaku memiliki tingkatan, bila orang miskin maka tingkat paling sulit, menengah maka tingkatnya sedang dan orang tingkat atas dengan mudahnya dinyatakan tidak bermasalah.

disini terjadi karenanya manusia nusantara tidak ingat lagi dengan namanya hati nurani dan budi pekerti. padahal inilah hal mendasar yang menghidupkan bumi nuantara ini yang mana sudah dijabarkan oleh pemimpin-pemimpin besar bumi nusantara, Jayabaya, Ronggowarsito dan Soekarno. mereka para manusia yang telah terbuka dan sadar akan perlunya kembali bertindak sesuai dengan budi pekerti dan hati nurani. hal ini yang akan menyatukan nusantara kelak.

agama yang tidak memiliki hati nurani hanya akan memercikan api benci dan pertikaian. merasa agama yang paling benar dan lebih banyak mendengarkan nafsu untuk menegakkan hukumnya masing-masing. Ilmu yang tidak memiliki hati nurani akan lebih mencari hidup demi diri sendir dan menghalalkan apa yang ada. sedangkan pemerintahan yang ada adalah bagaimana menguasai rakyat yang dibawahnya.

itulah yang mengapa banyak orang sadar dahulu yang menyatakan orang jawa(nusantara) yang tidak sadar akan jawanya(jowo=kesadaran). bukankah Allah SWT telah mengajarkan dan memberikan kepastian yang tidak bisa ditawar dan dirubah-rubah, dan menyatakan "Kalian para manusia akan menerima apa yang kalian lakukan", "kebaikan akan mendatangkan kebaikan". aku pikir semua rakyat Nusantara setuju dengan pernyataan ini, karena rakyat di Indonesia yang menjunjung pancasila sila pertama "Ketuhanan Yang Maha Esa". apabila kalian (sebagian besar rakyat Nusantara) mabuk dan terbuai dengan nafsu, maka bencana akan datang pada kalian, menyapa dengan kebengisannya. hingga yang ada bencana alam yang bertubi-tubi. hal ini juga dikarenakan hukum (buatan manusia) yang ada sekarang tidaklah "adil". kita mulai menikmati hukuman-hukuman yang akan berjalan atas apa yang kita buat. Hal ini dapat dikatakan "Nusantara yang telah kehilangan jati dirinya". bahkan karena hausnya akan nafsu tersebut maka orang-orang yang jujur dan sadar akan mulai tersingkir secara perlahan atas tindakan mereka yang telah buta akan nafsu., contoh kasus Munir. orang jujur akan dijauhi, contoh bila kamu idealis tidak akan mencuri dilingkungan yang notabene pencuri, maka akan terasa terkucilkan dan mendapatkan tekanan yang berat dan bisa-bisa akan patah idealisnya dan mengikuti orang-orang tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih atas Komentarnya :)